Minggu, 17 April 2011

Perang Libya Bisa Picu Perang Dunia

Elin Yunita Kristanti, Mohammad Adam
Pemerintah Indonesia harus bersikap tegas. Jangan sampai Libya jadi Irak kedua.
VIVAnews -- Pada Minggu 20 Maret 2011, tentara Koalisi Dewan Keamanan PBB yang dipimpin oleh Amerika Serikat menjatuhkan ratusan rudal ke komplek kediaman Khadafi  dan sekitarnya di Tripoli. Sebanyak 48 orang tewas dalam serangan tersebut.

Pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa telah menyatakan, menyesalkan penggunaan kekerasan untuk menyelesaikan persoalan Libya.

Melihat apa yang terjadi di Libya, Ketua MPR RI Taufik Kiemas menilai, intervensi dari negara-negara besar lebih didasari permasalahan minyak bumi.

Taufik berargumen bahwa bila memang Amerika Serikat, Prancis, Inggris, berniat membantu, mengapa mereka tidak melakukan hal yang sama saat terjadi konflik di negara Zimbabwe, Rwanda atau Somalia.

"Perang di Libya ialah murni masalah minyak. Mengapa mereka tidak melakukannya saat di Zimbabwe, Rwanda atau Somalia?," ujarnya saat diwawancarai di Gedung DPR, Selasa 22 Maret 2011.

Taufik menambahkan apabila keadaan perebutan minyak ini terus berlanjut, bukan tak mungkin dunia bakal bergolak. "Kalau begini terus bisa jadi Perang Dunia III," katanya.

Senada, Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq berpendapat,  Pemerintah Indonesia mesti menyatakan sikap tegasnya. "Kita harus bisa menjaga agar Libya ini tidak menjadi Irak kedua," ujar Mahfudz di DPR RI, Jakarta, Selasa 22 Maret 2011.

Menurut Mahfudz, tetap harus diwaspadai ada agenda lain terlepas dari kepentingan-kepentingan beberapa negara yang melakukan serangan ke Libya untuk bisa menahan rezim Khadafi agar tidak melakukan kekejaman terhadap rakyatnya sendiri.

"Tidak ada suatu operasi militer barat yang dilakukan itu gratis. pengalaman di beberapa negara sejenis sudah terjadi," kata dia.

Seperti diketahui, lanjut Mahfudz, Libya dikenal juga sebagai negara dengan kekayaan alam berupa sumber minyak yang berlimpah. "Salah satu kekuatan Libya adalah kekayaan sumber daya minyak. Ini yang harus dicermati," kata Mahfudz.
Laporan: Harwanto Bimo Pratomo
• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar